Written by abdullah |
Dakwah
Islam adalah salah satu bentuk media jihad yang terdapat di dalam agama
Islam. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, menyebarkan
ilmu pengetahuan, menasehati sesama adalah beberapa aktivitas yang
biasanya terdapat di dalam dakwah Islam. Dakwah Islam adalah salah satu
bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim, sebagaimana
firman Allah swt berikut:
“Serulah
(manusia) ke jalan Rabb-mu dengan hikmah1 dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. QS. An Nahl (16) : 125
“Dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar1,
merekalah orang-orang yang beruntung”. QS. Ali Imron (3) : 104
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang fasik”. QS. Ali Imron (3) : 110
Lalu bagaimana kaitan antara dakwah Islam dengan pacaran?
Ada segolongan orang yang mengatakan bahwa pacaran itu dilarang menurut
pandangan Islam. Namun ada pula golongan yang mengatakan bahwa pacaran
boleh-boleh saja asal nggak kebangetan. Bahkan, ada pula
seseorang yang mengaku sebagai aktivis dakwah yang akhirnya menggunakan
pacaran sebagai media dakwah. Ia berpendapat bahwa dengan pacaran akan
membuatnya lebih intensif dalam mendakwahi pasangannya. Benarkah
demikian?
Memang
larangan mengenai pacaran di dalam Islam tidak dibahas secara
eksplisit. Mungkin itulah salah satu faktor yang mengakibatkan
kebanyakan orang awam tidak dapat menerima atas hukum pelarangan pacaran
ini. Namun, dalam dunia dakwah islam, larangan pacaran adalah hal yang
sudah sangat dimengerti, maka aneh sekali manakala ada seseorang yang
mengaku sebagai aktivis dakwah islam, namun ia tetap melakukan pacaran.
Meskipun
tidak dijelaskan secara eksplisit, namun banyak sekali dalil yang dapat
di jadikan sebagai rujukan untuk pelarangan pacaran tersebut. Telah
sama-sama kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan
perbuatan zina, termasuk juga perbuatan yang MENDEKATI ZINA.
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra [17] : 32).
Lalu,
apa saja perbuatan yang tergolong MENDEKATI ZINA itu? Diantaranya
adalah: saling memandang, merajuk/manja, bersentuhan (berpegangan
tangan, berpelukan, berciuman, dll), berdua-duaan, dll. Karena
unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka tentu saja hal-hal yang
di dalamnya terdapat unsure tersebut adalah di larang. Hal ini
sebagaimana telah disebutkan dalam hadits berikut:
Dari
Ibnu Abbas r.a. dikatakan: Tidak ada yang kuperhitungkan lebih
menjelaskan tentang dosa-dosa kecil daripada hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah telah
menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan.
Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah
mengucapkan (dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan
menginginkan [pemenuhan nafsu syahwat], maka farji (kemaluan) yang
membenarkan atau mendustakannya…” (HR Bukhari & Muslim)
Dalil di atas kemudian juga diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al Quran berikut:
“Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya.” (Bukhori dan Muslim)
"Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki
sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena
sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad).
“Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HASAN, Thabrani dalam Mu`jam Kabir 20/174/386)
"Demi
Allah, tangan Rasulullah shallallahu �alaihi wassallam tidak pernah
menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun dalam keadaan membai�at.
Beliau tidak memba�iat mereka kecuali dengan mangatakan: "Saya ba�iat
kalian." (HR. Bukhori)
"Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita." (HR Malik , Nasa�i, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Telah berkata Aisyah RA,
"Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah menyentuh tangan
wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai�atnya (mengambil janji)
dengan perkataaan." (HR. Bukhari dan Ibnu Majah).
"Wahai
Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja)
dengan pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu.
Namun yang kedua adalah haram" . (HR Abu Dawud , At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani)
“Pandangan
itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barangsiapa yang
memalingkan pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena
Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari?
Kiamat.” (HR. Ahmad)
Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: “Aku
bertanya kepada Rasulullah saw. tentang memandang (lawan-jenis) yang
(membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu beliau memerintahkan aku
mengalihkan pandanganku.” (HR Muslim)
“Janganlah kau terlalu lembut bicara supaya (lawan-jenis) yang lemah hatinya tidak bangkit nafsu (syahwat)-nya.” (QS al-Ahzab [33]: 32)
Sekarang pertanyaannya, “Apakah di dalam pacaran terdapat unsur-unsur sebagaimana yang telah disebutkan pada dalil-dalil diatas?”
Kalau memang ada, maka jelas bahwa pacaran itu DILARANG di dalam Islam,
dengan alasan apapun. Jika dengan keterangan-keterangan yang sudah
diuraikan secara jelas di atas ternyata masih ada saja yang mengatakan
bahwa pacaran itu BOLEH, maka patut dipertanyakan, “Apa atau yang mana dalilnya?”.
Jangan mengatas namakan dakwah islam untuk menghalalkan pacaran!
Sebagai
aktivis dakwah islam, tentunya kita tahu bahwa antara laki-laki dan
perempuan (ikhwan dan akhwat) itu sudah ada seksi dakwah islamnya
masing-masing (anggaplah SEKSI DAKWAH ISLAM=penulis). Maksudnya adalah,
bagi akhwat/perempuan, di sana ada murobbiyah yang khusus menangani
dakwah islam dikalangan akhwat, dan disana juga sudah disediakan murobbi
yang menangani dakwah islam khusus dikalangan ihkwan secara intensif.
Diluar itu, ikhwan punya rekan sesama ikhwan untuk sekedar bertanya atau
konsultasi, begitu pula akhwat. Selain itu, untuk dakwah islam atau
ta’lim lain yang lebih bersifat umum, yang dapat dihadiri oleh ikhwan
dan akhwat pun sudah ada, seperti seminar, dll. Seminar, bedah buku, itu
boleh dihadiri oleh ikhwan dan akhwat namun tetap menghindarkan adanya
percampuran ataupun berdua-duaan. Maka serahkan saja urusan akhwat ini
kepada akhwat juga atau kepada murobbiah-nya. Kalaupun ada kepentingan,
sekedar menyampaikan saran atau masukan, sampaikan saja melalui rekan
akhwatnya, bukannya kita yang harus turunlangsung. Atau silahkan saja
sampaikan secara langsung dengan tidak melalui media pacaran dan
menghindari unsur-unsur yang mengarah pada MENDEKATI ZINA, sebagaimana
telah disampaikan di atas.
Kalau berbicara masalah “ingin berdakwah islam lebih intensif”,
banyak cara lain yang dapat kita lakukan. Kalau ingin mendakwah islami
orang, ya pilih yang ikhwan juga dong, jangan yang akhwat. Kalau yang
akhwat, sampaikan saja kepada rekan akhwat kita, bereskan?
Lagipula,
andaipun kita hendak melakukan dakwah Islam kepada seluruh perempuan
yang ada di sekolah kita, di kampus kita, di kantor kita, atau di
kampung kita…apakah lantas kita juga akan menjadikan mereka sebagai
pacar kita semua??? Tidak masuk logikakan alasan semacam ini!
Kalau
lantas kita mengatakan bahwa segala sesuatu itu bergantung kepada
niatnya (Pacaran yang niatnya untuk dakwah islam). Eittt…tunggu dulu!
Niat itu nggak berhenti sampai di situ aja. Niat itu harus diluruskan,
LURUSKAN NIAT! Maksudnya adalah, niat untuk melakukan kebaikan ya harus
dilakukan dengan cara yang lurus atau benar (sesuai dengan syariat),
bukan dengan cara yang buruk atau dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Kalau niat baik dilakukan dengan cara yang batil, itu namanya melenceng!
Sama aja seperti ini, “apakah niat menyumbang ke Masjid itu diperbolehkan manakala uangnya diperoleh dari hasil merampok?”, ya jelas aja ga boleh.
Itu namanya mencampur adukkan antara yang hak dengan yang batil, dan
Allah swt telah melarang hal tersebut, sebagaimana firman Allah yang
artinya:
"Dan
janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah
kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui." (QS al-Baqarah [2] : 42).
Dari
sini semakin jelas bahwa pacaran dilarang di dalam Islam. Dan tidak ada
dakwah Islam yang dilakukan dengan metode pacaran, karena nanti
jatuhnya bukan dakwah Islam lagi, melainkan MENDEKATI ZINA, dan
Rasulullah saw pun tidak mencontohkan cara-cara yang demikian.
Dakwah
islam Islam adalah perkara suci yang ditujukan hanya untuk Allah swt.
Maka jalankanlah dengan cara-cara suci yang diridhoi oleh Allah swt,
bukan dengan jalan batil yang justru akan menodai nama dakwah Islam dan
menimbulkan murka Allah swt.
Wallahua’lam bishshowab
Artikel ini juga dapat dibaca di www.lingkarcahaya.com
|
No day without change,.... And nothing is impossible if we want to try .... So... Now or never....!!!
DipundakKu Masa Depan BangsaKU
@Nash_Khoirun
Jumat, 18 Januari 2013
Dakwah Islam Melalui Pacaran
Empat Kriteria Masyarakat Jahiliyah
Oleh: Ihsan Tanjung
Muhammad Quthb, adik kandung asy-Syahid
Sayyid Quthb rahimahullah, menyebut dunia modern sebagai jahiliyah abad
20 atau jahiliyah modern. Menurutnya "jahiliyah" bukan hanya keadaan di
jazirah Arab pada masa awal Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam
diutus. Jahiliyah merupakan sifat yang mungkin berlaku bagi masyarakat
manapun di zaman kapanpun bila memenuhi setidaknya empat kriteria.
Pertama, tidak adanya
iman yang sesungguhnya kepada Allah ta'aala. Yaitu, sikap yang
membuktikan kesatuan antara akidah dan syariat tanpa pemisahan.
Kedua, tidak adanya pelaksanaan hukum menurut apa yang telah diturunkan Allah ta'aala, yang berarti menuruti "hawa nafsu" manusia.
"...dan hendaklah kamu memutuskan
perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu
terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian
apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari
hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan
sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah
orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki,
dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin?" (QS Al-Maidah ayat 49-50)
Ketiga, hadirnya
berbagai thaghut di muka bumi yang membujuk manusia supaya tidak
beribadah dan tidak taat kepada Allah ta'aala serta menolak syariat-Nya.
Lalu, mengalihkan peribadatannya kepada thaghut dan hukum-hukum yang
dibuat menurut nafsunya.
"Allah ta'aala Pelindung
orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari
cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya." (QS Al-Baqarah 257)
Keempat, hadirnya sikap
menjauh dari agama Allah ta'aala, sehingga penyelewengan menjurus
kepada nafsu syahwat. Masyarakat itu tidak melarang dan tidak merasa
berkepentingan untuk melawan perbuatan asusila.
Itulah beberapa ciri menonjol setiap
kejahiliyahan yang ada di muka bumi sepanjang sejarah. Semuanya muncul
dari cirinya yang paling pokok, yaitu penyelewengan dari kewajiban
berbakti dan menyembah Allah ta'aala sebagaimana mestinya.
Ciri pertama suatu masyarakat jahiliyah
adalah tidak adanya iman yang sesungguhnya kepada Allah ta'aala.
Sebagian masyarakat bisa jadi mengaku beriman, mengaku muslim. Namun
dalam hal mengimani Allah ta'aala, mereka mengimani Allah ta'aala
menurut selera, bukan sebagaimana Allah ta'aala memperkenalkan dirinya
di dalam Kitab-Nya. Mereka tidak tunduk kepada Allah ta'aala, malah
mereka yang mendefinisikan Allah ta'aala sesuai hawa nafsu.
"Dan mereka tidak menghormati Allah ta'aala dengan penghormatan yang semestinya." (QS Al-An'aam ayat 91)
Dalam suatu masyarakat jahiliyah mereka senang mengakui Allah ta'aala
sebagai Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Tapi mereka
tidak suka mendengar Allah ta'aala sebagai Yang Maha Keras siksaNya,
atau Maha Memaksa, Maha Perkasa serta Maha Sombong. Padahal semua ini
merupakan atribut dari Allah ta'aala yang jelas tercantum di dalam
Kitab-Nya.
"Dia-lah Allah ta'aala Yang tiada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan
yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah
ta'aala Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang
Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha
Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala
keagungan, Maha Suci, Allah ta'aala dari apa yang mereka persekutukan."
(QS Al-Hasyr ayat 22-23)
Mengapa sebuah masyarakat jahiliyah
bersikap pilih-kasih terhadap berbagai atribut Allah ta'aala? Karena
mereka banyak tenggelam dalam perbuatan dosa dan maksiat, sehingga
mereka sangat perlu dengan tuhan yang menyayangi dan mengampuni. Mereka
suka dengan tuhan yang menjanjikan surga yang penuh kenikmatan. Namun
mereka berusaha untuk tutup mata akan tuhan yang maha kuasa, maha
perkasa dan maha keras siksaannya. Mereka menutup mata akan hadirnya
neraka dengan segenap siksaannya yang mengerikan.
Sebab mereka ingin tetap bermaksiat
namun tidak ingin menerima konsekuensi atau hukuman akibat maksiat
tersebut. Maka mereka mengimani sebagian saja dari ketuhanan Allah
ta'aala. Artinya, mereka tidak mau mengembangkan iman yang sesungguhnya
kepada Allah ta'aala sebab mereka tidak siap menanggung resikonya.
Mereka beriman dengan cara berangan-angan. Mereka beriman dalam mimpi
belaka. Mereka sangat lemah dalam beriman. Sungguh benarlah Rasulullah
shollallahu 'alaih wa sallam dengan sabda beliau sebagai berikut:
"Orang yang paling cerdas ialah
barangsiapa yang menghitung-hitung/evaluasi/introspeksi
(‘amal-perbuatan) dirinya dan ber'amal untuk kehidupan setelah kematian.
Dan orang yang paling lemah ialah barangsiapa yang mengikuti hawa
nafsunya dan berangan-angan (diampuni) Allah ta'aala." (At-Tirmidzi
8/499)
sumber: http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/empat-kriteria-masyarakat-jahiliyah-1.htm
Menjadi Mahasiswa Kritis, Cerdas, Dinamis Dan Berempati
Citra Mahasiswa
Mahasiswa merupakan bibit-bibit yang dapat memperjuangkan kemerdekan
bangsa dan sebagai pundak kemajuan Negara. Karena dalam diri seorang
mahasiswa memiliki semangat yang tinggi menuju perubahan. Dalam
realitas, dari zaman dulu sampai sekarang, telah terbukti peranan
mahasiswa yang menginginkan perubahan sistem pemerintahan yang
dianggapnya tidak sepemikiran dengan para mahasiswa. Demonstrasi yang
kerap kali dijadikan sebagai bentuk ekspresi perlawanan terhadap suatu
kebijakan merupakan peristiwa yang tidak heran lagi terjadi di jagat
raya Indonesia. Akhir-akhir ini pun banyak sekumpulan kelompok mahasiswa
yang melakukan demonstrasi di depan gedung MPR RI yang mengakibatkan
kericuhan dan perselisihan dengan aparat kepolisian. Sehingga tidak
sedikit pula aksi seperti itu menelan korban, baik hanya luka-luka
bahkan sampai meninggal dunia. Sebenarnya, aksi anarkis yang seperti itu
yang menyebabkan citra mahasiswa buruk di mata masyarakat. Masyarakat
menganggap mahasiswa hanya bisa demo dan melakukan kericuhan saja. Namun
memang seperti itulah adanya. Suasana seperti itu seolah-olah menjadi
hukum alam. Dan tidak bisa dihentikan. Kita tidak bisa menyalahkan si A
atau si B. Semua bisa berubah tergantung kepada kesadaran masing-masing,
baik dari rakyat kecil, masyarakat, civitas akademis dan para
pejabatnya.
Mahasiswa kritis, cerdas, dinamis dan berempati
Mahasiswa yang kritis ialah dia yang tidak mudah menerima sesuatu. Sia
selalu merasa tidak puas sehingga memiliki hasrat yang tinggi untuk
ingin mengetahui yang lebih jauh. Memang seorang mahasiswa hendaknya
seperti itu, memiliki jiwa kritis yang tinggi. Namun terkadang mahasiswa
mudah terbawa paham yang bertentangan dengan ideologi dan akal sehat,
karena pada dasarnya masa-masa menjadi seorang mahasiswa adalah masa
pencarian jati diri. “Siapa saya?” sehingga tidak sedikit malah
mahasiswa menjadi sasaran oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang
debgan sengaja menyiarkan ajaran yang bertentangan dengan syariat islam.
Untuk itu, selain daripada harus memiliki jiwa kritis, seorang
mahasiswa pun harus memiliki iman yang tinggi untuk dapat mempertahankan
syariat islam.
Mahasiswa cerdas memiliki pemikiran yang terus berkembang dan selalu
peka terhadap lingkungan dimana dia berada. Seorang mahasiswa pun mesti
memiliki kecerdasan. Karena mahasiswa telah diajarkan dididik oleh para
dosennya untuk selalu melakukan kebenaran. Tentu, mahasiswa harus
berbeda dengan orang lain yang tidak mengenyam bangku pendidikan.
Mahasiswa harus dapat memberikan tauladan yang baik, menjaga citra diri
yang baik dan dapat melaukan konstribusi terhadap masyarakat. Dan
cobalah lihat sosok Muhammad SAW. Tentu semua orang tahu siapa beliau.
Khususnya bagi mereka yang menganut agama Islam. Beliau adalah seorang
nabi yang amat cerdas semua orang pun mengakui kecerdasan beliau.
Terbukti dengan tersiarnya ajaran yang beliau bawa untuk disampaikan
kepada umatnya. Hingga sampai saat ini ajarannya masih banyak yang
menganut. Mahasiswa pun harus dapat menauladani kecerdasan beliau,
mahasiswa harus bisa melakukan pergerakan dan perubahan yang baik
terhadap masyarakatnya. Mahasiswa yang seperti itulah yang didambakan
oleh masyarakat dan Indonesia.
Dan mahasiswa yang dinamis ialah dia yang selalu ingin bergerak dan
melakukan perubahan. Mahasiswa yang seperti ini sangat dibutuhkan demi
kemajuan bangsa. Karena mereka selalu aktif dan peka terhadap
perkembangan yang terjadi di Negara Indonesia. Dan selain itu, seorang
mahasiswa mesti menyadari kodratnya sebagai makhluk sosial. Maka telah
menjadi keharusan bahwa seorang mahasiswa harus memiliki empati yang
tinggi terhadap siapa pun yang membutuhkan pertolongannya. Karena dengan
begitu, mahasiswa akan lebih dihargai oleh orang lain.
Kutipan percakapan di bawah ini antar dosen (Seorang Profesor) dengan
mahasiswa-nya merupakan salah satu contoh ciri mahasiswa yang memiliki
daya kemapuan kritis, cerdas, dinamis dan berempati.
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan beberapa pertanyaan, yaitu :
“Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab,
“Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.
“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi.
“Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab,
“Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan
Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa
pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa
Tuhan itu adalah kejahatan.”
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor
tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali
lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”
“Tentu saja,” jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”
“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah
sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan
panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel
menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita
menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”
Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”
Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga
tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa
kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk
memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai
panjang gelombang setiap warna. Tapi kita tidak bisa mengukur gelap.
Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di
ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan
ketiadaan cahaya.”
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”
Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah
kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak
perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara
tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah,
Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti
dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan.
Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia.
Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul
dari ketiadaan cahaya.”
Profesor itu terdiam.
ternyata… eh….tenyata nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.
Bagaimana perasaan anda setelah membaca cerita diatas? Betapa cerdas dan
kritisnya Einstein menanggapi persoalan yang di ajukan oleh
Professornya. Namun semoga dari cerita tersebut mampu memberikan
motivasi kepada seluruh mahasiswa agar bisa berpikir kritis dan cerdas
untuk dapat menyelesaikan segala persoalan baik hal kecil maupun besar.
Dan berani mengambil segala resiko yang terjadi. SEMANGAT!
Langganan:
Postingan (Atom)