DipundakKu Masa Depan BangsaKU

@Nash_Khoirun

Jumat, 18 Januari 2013

Menjadi Mahasiswa Kritis, Cerdas, Dinamis Dan Berempati

Citra Mahasiswa
Mahasiswa merupakan bibit-bibit yang dapat memperjuangkan kemerdekan bangsa dan sebagai pundak kemajuan Negara. Karena dalam diri seorang mahasiswa memiliki semangat yang tinggi menuju perubahan. Dalam realitas, dari zaman dulu sampai sekarang, telah terbukti peranan mahasiswa yang menginginkan perubahan sistem pemerintahan yang dianggapnya tidak sepemikiran dengan para mahasiswa. Demonstrasi yang kerap kali dijadikan sebagai bentuk ekspresi perlawanan terhadap suatu kebijakan merupakan peristiwa yang tidak heran lagi terjadi di jagat raya Indonesia. Akhir-akhir ini pun banyak sekumpulan kelompok mahasiswa yang melakukan demonstrasi di depan gedung MPR RI yang mengakibatkan kericuhan dan perselisihan dengan aparat kepolisian. Sehingga tidak sedikit pula aksi seperti itu menelan korban, baik hanya luka-luka bahkan sampai meninggal dunia. Sebenarnya, aksi anarkis yang seperti itu yang menyebabkan citra mahasiswa buruk di mata masyarakat. Masyarakat menganggap mahasiswa hanya bisa demo dan melakukan kericuhan saja. Namun memang seperti itulah adanya. Suasana seperti itu seolah-olah menjadi hukum alam. Dan tidak bisa dihentikan. Kita tidak bisa menyalahkan si A atau si B. Semua bisa berubah tergantung kepada kesadaran masing-masing, baik dari rakyat kecil, masyarakat, civitas akademis dan para pejabatnya.
Mahasiswa kritis, cerdas, dinamis dan berempati
Mahasiswa yang kritis ialah dia yang tidak mudah menerima sesuatu. Sia selalu merasa tidak puas sehingga memiliki hasrat yang tinggi untuk ingin mengetahui yang lebih jauh. Memang seorang mahasiswa hendaknya seperti itu, memiliki jiwa kritis yang tinggi. Namun terkadang mahasiswa mudah terbawa paham yang bertentangan dengan ideologi dan akal sehat, karena pada dasarnya masa-masa menjadi seorang mahasiswa adalah masa pencarian jati diri. “Siapa saya?” sehingga tidak sedikit malah mahasiswa menjadi sasaran oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang debgan sengaja menyiarkan ajaran yang bertentangan dengan syariat islam. Untuk itu, selain daripada harus memiliki jiwa kritis, seorang mahasiswa pun harus memiliki iman yang tinggi untuk dapat mempertahankan syariat islam.
Mahasiswa cerdas memiliki pemikiran yang terus berkembang dan selalu peka terhadap lingkungan dimana dia berada. Seorang mahasiswa pun mesti memiliki kecerdasan. Karena mahasiswa telah diajarkan dididik oleh para dosennya untuk selalu melakukan kebenaran. Tentu, mahasiswa harus berbeda dengan orang lain yang tidak mengenyam bangku pendidikan. Mahasiswa harus dapat memberikan tauladan yang baik, menjaga citra diri yang baik dan dapat melaukan konstribusi terhadap masyarakat. Dan cobalah lihat sosok Muhammad SAW. Tentu semua orang tahu siapa beliau. Khususnya bagi mereka yang menganut agama Islam. Beliau adalah seorang nabi yang amat cerdas semua orang pun mengakui kecerdasan beliau. Terbukti dengan tersiarnya ajaran yang beliau bawa untuk disampaikan kepada umatnya. Hingga sampai saat ini ajarannya masih banyak yang menganut. Mahasiswa pun harus dapat menauladani kecerdasan beliau, mahasiswa harus bisa melakukan pergerakan dan perubahan yang baik terhadap masyarakatnya. Mahasiswa yang seperti itulah yang didambakan oleh masyarakat dan Indonesia.
Dan mahasiswa yang dinamis ialah dia yang selalu ingin bergerak dan melakukan perubahan. Mahasiswa yang seperti ini sangat dibutuhkan demi kemajuan bangsa. Karena mereka selalu aktif dan peka terhadap perkembangan yang terjadi di Negara Indonesia. Dan selain itu, seorang mahasiswa mesti menyadari kodratnya sebagai makhluk sosial. Maka telah menjadi keharusan bahwa seorang mahasiswa harus memiliki empati yang tinggi terhadap siapa pun yang membutuhkan pertolongannya. Karena dengan begitu, mahasiswa akan lebih dihargai oleh orang lain.
Kutipan percakapan di bawah ini antar dosen (Seorang Profesor) dengan mahasiswa-nya merupakan salah satu contoh ciri mahasiswa yang memiliki daya kemapuan kritis, cerdas, dinamis dan berempati.
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan beberapa pertanyaan, yaitu :
“Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab,
“Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.
“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi.
“Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab,
“Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”
“Tentu saja,” jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”
“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”
Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”
Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi kita tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”
Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”
Profesor itu terdiam.


ternyata… eh….tenyata nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.
Bagaimana perasaan anda setelah membaca cerita diatas? Betapa cerdas dan kritisnya Einstein menanggapi persoalan yang di ajukan oleh Professornya. Namun semoga dari cerita tersebut mampu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa agar bisa berpikir kritis dan cerdas untuk dapat menyelesaikan segala persoalan baik hal kecil maupun besar. Dan berani mengambil segala resiko yang terjadi. SEMANGAT!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar