Muslim Sejati Tak Ragu Soal Rizki
Jum'at, 3 Januari 2014 - 08:04 WIB
Dalam Minhajul Abidin Imam Ghazali
mengutip satu hadits Nabi, “Sudah tertulis di punggung ikan dan banteng tentang
rizki si fulan. Maka orang yang tamak tidak akan mendapatkan tambahan selain
kepayahannya.”
Ilustrasi
“Sudah tertulis di punggung ikan dan
banteng tentang rizki si fulan. Maka orang yang tamak tidak akan mendapatkan
tambahan selain kepayahannya.” (Imam Ghazali)
AWAL tahun 2014 dunia diperhadapkan dengan berbagai
macam situasi dan prediksi tak menentu, utamanya dalam hal ekonomi (rizki). Hal
ini didasarkan pada beberapa isu keuangan dimana nilai mata uang rupiah terus mengalami penurunan terhadap dolar.
Khawatir tentu
bukan sikap yang keliru. Karena khawatir atau takut itu merupakan bagian dari
fitrah manusia. Tetapi, sebagai Muslim kita tidak boleh berlebihan dalam
menyikapi berbagai macam isu yang muncul di media bahwa akan terjadi
‘kekacauan’ ekonomi, sehingga terbesit niat negatif.
Andaikata isu
itu terbukti, sebagai Muslim kita tetap harus pada ke-Islam-an kita dengan
penuh kesungguhan. Sebab, Allah yang Maha Memelihara alam ini tidak mungkin
akan membinasakan hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman.
Tetaplah
menjadi Muslim yang beriman dan bertakwa, jujur, bekerja secara profesional,
penuh tanggung jawab dan perkuat niat mencari nafkah untuk jihad fi sabilillah bukan bermegah-megahan. Sebab rizki yang
didapat dengan peras keringat, penuh daya dan upaya, lagi halal, sungguh amat
dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Hindarilah
berbagai macam spekulasi yang bisa mendorong lemahnya akal untuk berfikir
jernih di atas landasan iman. Jauhi pemikiran-pemikiran dangkal yang bersumber
dari angan-angan kosong. Atau prasangka-prasangka yang membuat hati was-was,
ragu dan bingung, sehingga lupa bahwa Allah pasti akan menolong hamba-Nya.
Tawakkal Kepada Allah
Persoalan
ekonomi (rizki) sesungguhnya perkara mutlak yang telah Allah tetapkan bagi
setiap manusia, baik dia beriman maupun kafir.
Artinya,
sebagai Muslim, hendaknya kita tidak terpengaruh dengan isu apa pun. Sekalipun
ada fakta bahwa ekonomi bangsa akan mengalami masalah, hal itu harus menjadi
media penting untuk semakin memperkuat iman dan takwa dengan bertawakkal kepada
Allah Ta’ala.
Karena sebelum
ada prediksi macam-macam dari dunia kekinian tentang ekonomi dan lain
sebagainya, secara Ilahiyah kehidupan setiap Muslim pasti akan berhadapan
dengan kesulitan berupa; sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ
الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS: al-Baqarah [2]: 155).
Dengan demikian
maka, kesulitan atau pun ketakutan akan sesuatu dan kekurangan terhadap sesuatu
sudah menjadi bagian dari kehidupan setiap Muslim. Jadi, untuk apa kita ragu,
gelisah, bingung dan kalut?
Tetaplah dalam
iman dan takwa dengan benar-benar bertawakkal kepada-Nya.
وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن
كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan hanya
kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.” (QS. Al-maidah
[5]: 23).
Dalam ayat lain
Allah tegaskan,
قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ
اللّهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Katakanlah:
“Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah
untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang
beriman harus bertawakal.” (QS.
At-Taubah [9]: 51).
Kuatkan Keyakinan Kepada Janji Allah
Imam Ghazali
dalam kitab terakhirnya, Minhajul Abidin
mengutip pernyataan indah Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah; “Engkau mencari
rizki Allah dari sisi selain-Nya. Engkau merasa itu akan membuatmu aman dari
waktu dan kemalangan. Engkau bisa percaya pada jaminan orang lain meski ia
kafir, tapi engkau tak percaya dengan jaminan rizki yang diberikan oleh Allah.
Engkau nampaknya tidak membaca apa yang tertulis di dalam Kitabullah (mengenai
rizki), sehingga imanmu lemah dan goyah (dalam mempercayai janji Allah).”
Dengan kata
lain, semakin sulit situasi kehidupan dunia ini maka harusnya semakin mendorong
diri untuk lebih giat dalam membaca, mengkaji, mentadabburi, mentafakkuri dan
menggali makna-makna penting yang tersembunyi dari setiap barisan ayat-ayat
suci-Nya.
Jika tidak,
maka kita akan terombang-ambing isu kekinian yang sebenarnya hanya bersifat
sementara. Sementara, kehidupan kita adalah kehidupan yang harus benar, lurus,
tegak di atas nilai iman dan Islam dalam situasi dan kondisi apa pun.
Untuk itu,
meyakini janji Allah adalah perkara mutlak. Dan, meyakini janji Allah itu
mustahil akan semakin terpatri dalam diri kita, bila kita tidak benar-benar
‘akrab’ dengan al-Qur’an.
Pahamilah, Rizki itu Sudah Ditetapkan
Dalam Minhajul Abidin Imam Ghazali mengutip
satu hadits Nabi, “Sudah tertulis di punggung ikan dan banteng tentang rizki si
fulan. Maka orang yang tamak tidak akan mendapatkan tambahan selain
kepayahannya.”
Hadits ini
memberikan petunjuk bahwa setiap Muslim jangan terjebak bujuk rayu nafsu dan
setan. Rizki itu sifatnya pasti, selama ada kehidupan maka pasti ada rizki.
Tamak alias rakus hanya akan menghasilkan kepayahan.
Lihatlah ke
penjara, betapa mereka yang dulu tersenyum karena bisa korupsi, kini menangis
dan bersedih hati. Sekiranya mereka jujur, tentu tidak perlu menghabiskan masa
tuanya dalam penjara. Semua itu adalah bukti bahwa rakus hanya akan membawa pelakunya
pada penderitaan.
Bahkan, Imam
Ghazali menyampaikan nasehat gurunya, “Sesungguhnya apa yang ditakdirkan
sebagai makanan yang engkau kunyah, maka tidak akan dikunyah oleh orang lain.
Maka, makanlah bagian rizkimu itu dengan mulia, jangan engkau memakannya dengan
hina.”
Jadi, mari
siapkan diri dan keluarga kita untuk semakin dekat kepada Al-Qur’an, sehingga
semakin kuat iman dan takwa kita kepada-Nya, semakin kokoh ketawakkalan kita
kepada-Nya. Karena hanya dengan itulah, kita akan semakin percaya diri menjadi
Muslim.
Semakin sulit
kehidupan dunia harus mengantarkan kita dan keluarga untuk semakin yakin kepada
janji Allah, termasuk soal rizki. Karena hakikat hidup ini hanyalah untuk
beribadah kepada-Nya (QS. 51: 56).
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk [67]: 2).
Apa pun yang
terjadi, suka atau duka, hakikatnya satu, yakni hanya ujian. Maka tetaplah
dalam keyakinan penuh atas segala janji Allah dengan tetap melakukan amal-amal
yang terbaik di sisi-Nya.*
Rep: Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar